Umbul Jumprit Temanggung sangat kental dengan misteri dan sejarah, apalagi jika bersinggungan dengan keberkahan perairannya.
Ini adalah mata air suci bagi umat Buddha dan juga untuk kepercayaan agama, yang airnya tidak pernah kering bahkan di musim kemarau.
Saat perayaan Waisak akan tiba, Umbul Jumprit merupakan tempat pengambilan air untuk kemudian digunakan dalam ritual tirta. Umbul Jumprit juga sering dijadikan lokasi ziarah, bahkan meditasi oleh sebagian orang.

Lihat juga: Situs Liyangan Purbasari
Jika ingin mengunjungi Situs Liyangan dari Tambi, terlebih dahulu melewati Umbul Jumprit yang ditandai dengan banyaknya monyet liar.
Umbul Jumprit bisa menjadi referensi wisata sejarah dan misteri di Temanggung, selain kawasannya yang indah, akses menuju lokasi sangat mudah karena berada di pinggir jalan.
Lokasi Umbul Jumprit
Lokasi Umbul Jumprit ada di Jl. Ngadirejo, Desa Jumprit (Tegalrejo), Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
Rute Wisata Umbul Jumprit
Rute menuju Umbul Jumprit dari Alun-alun Temanggung adalah menuju ke Jl. Brigjen Katamso lalu belok kiri ke Jl. MT. Haryono, jalan terus sampai di Parakan.
Di pertigaan, belok kiri ke Jl. Ajibarang Secang, lalu belok kanan terus di Jl. Parakan Waleri. Setelah sampai di pertigaan Ngadirejo belok kiri, selanjutnya tinggal cari lokasi Umbul Jumprit.

Lihat juga: Pasar Papringan Temanggung
Letaknya di tepi jalan utama yang ditandai dengan banyaknya monyet liar. Jadi, tidak akan terlalu sulit bagi Anda untuk menemukan Umbul Jumprit Temanggung.
Harga Tiket Masuk Umbul Jumprit Tour
- Tiket masuk Umbul Jumprit sekitar Rp. 5.000,- per orang
- Rp. 2.000,- untuk parkir motor
- Rp. 5.000,- untuk biaya parkir mobil
Jam Operasional Umbul Jumprit Tour
- Jam buka Umbul Jumprit dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore
- Beroperasi setiap Senin hingga Minggu
Fasilitas Umbul Jumprit
Fasilitas wisata di sekitar Umbul Jumprit antara lain :
- area parkir kendaraan,
- Mata Air Umbul Jumprit,
- Makam Ki Jumprit,
- Gazebo,
- Toilet,

lihat juga: candi prigapus
Tempat Wisata Umbul Jumprit
1. Sejarah Umbul Jumprit
Sejarah dan misteri Umbul Jumprit menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Dulu, hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan mata air berkhasiat ini.
Kemudian sekitar tahun 1980, jumlah masyarakat yang datang untuk melakukan tradisi kungkum dan berziarah semakin meningkat, hingga lambat laun Umbul Jumprit menjadi tujuan wisata sejarah tersendiri.
Konon sesepuh Ki Jumprit yang dimakamkan tidak jauh dari Umbul Jumprit adalah seorang ahli nujum pada masa Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan kesaktiannya.
Ia meninggalkan Kerajaan Majapahit untuk kemudian mengamalkan ilmu dan kesaktiannya pada manusia. Hingga tiba di lereng Gunung Sindoro tepatnya di Desa Tegalrejo.

lihat juga: monumen meteorit wonotirto
Namun ada juga yang mengatakan bahwa kedatangan Ki Jumprit ke lokasi di mana Umbul Jumprit sekarang ini berdasarkan ilham yang diterimanya.
Dikisahkan bahwa Ki Jumprit menderita penyakit kulit yang tidak dapat disembuhkan, kemudian mendapat ilham untuk pergi ke sebuah mata air di lereng Gunung Sindoro.
Akhirnya mengikuti petunjuk yang didapatnya, ia pergi ke mata air yang saat ini dikenal dengan nama Umbul Jumprit dan dimakamkan bersama istrinya di lokasi tersebut.
Sehingga keberadaan makam tersebut menjadi tujuan selanjutnya bagi pengunjung yang datang ke Umbul Jumprit. Ada di area bawah, harus naik tangga dulu.
2. Misteri Umbul Jumprit
Pengunjung lebih banyak biasanya akan datang pada malam Jumat Kliwon, Selasa Kliwon dan pada malam satu suro.
Mereka datang untuk bertapa dan mandi, karena ada mitos yang berkembang bahwa mandi atau bertapa di Umbul Jumprit dapat meningkatkan rejeki dan kehidupan sehingga memudahkan mereka untuk menikah.
Ritual tersebut kemudian diakhiri dengan membuang celana dalam ke sungai, dengan maksud untuk membuang sial.

baca juga : cahaya abadi themenggung
Hal ini tetap menjadi misteri hingga saat ini, dan dikembalikan kepada masing-masing individu.
3. Mata Air Suci
Disebutkan sebelumnya bahwa Umbul Jumprit merupakan mata air suci bagi umat Buddha, sehingga setiap kali berlangsung upacara Trisuci Waisak di candi Borobudur, air yang diberkahi selalu diambil dari umbul.
Airnya sangat jernih, berasal dari mata air pegunungan. Konon tidak pernah kering meski di musim kemarau, dan menjadi sumber air bagi Sungai Progo.
Warga di sekitar Umbul Jumprit juga memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk mengairi sawah dan kebun.