Sebelumnya, ada saham chip biru yang dijual dengan harga saham Rp 8 ribu. Sayangnya, stoknya anjlok drastis menjadi sekitar Rp. 50 tahun 2021.
Saham tersebut merupakan saham BUMI Resources, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan ekspansi PT BUMI Resources Tbk. Meski sempat turun drastis, saham tersebut bangkit kembali pada Desember 2022 dengan posisi harga Rp 168 per saham.
Jika Anda tertarik untuk berinvestasi saham ini, kenali dulu apa itu saham BUMI dan bagaimana performanya melalui penjelasan berikut ini.
Kenali Saham BUMI
BUMI Resources merupakan salah satu perusahaan pertambangan besar di Indonesia yang merupakan bagian dari Grup Bakrie. Perusahaan ini masuk dalam jajaran saham B7 (Brothers 7) yang dikenal sebagai produsen batu bara termal terbesar di Indonesia.
Kabar baik lainnya adalah perusahaan ini juga terdaftar di London Stock Exchange. BUMI dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara, termasuk kegiatan penambangan batubara dan eksploitasi minyak.
Sebagai perusahaan besar, BUMI memiliki empat bisnis utama, yaitu pertambangan dan distribusi batubara (eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara), jasa (jasa pemasaran dan pengelolaan), serta eksplorasi minyak dan gas dan emas.
Saham BUMI pertama kali masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 1990 di Papan Pengembangan dengan harga IPO Rp 4.500 sebanyak 10 miliar saham.
Per Desember 2022, saham BUMI mencatatkan harga Rp 168 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 63 juta dan total 486.744.000 saham beredar. Saham tersebut memiliki komposisi publik sebesar 75,21%.
Salah satu daya tarik saham BUMI adalah sejarah mencatat Lo Kheng Hong yang merupakan bapaknya nilai investasi Indonesia, pernah memiliki saham tersebut.
Jika melihat harga jual dan kapitalisasi pasar, saham BUMI sudah pasti merupakan saham gorengan, sehingga investor yang ingin berinvestasi jangka panjang sebaiknya menghindarinya. Lantas, bagaimana kinerja dan kondisi keuangannya? Simak penjelasannya di bawah ini.
Baca juga: Tertarik berinvestasi, ini harga saham BCA terbaru per 1 lot
Kinerja Keuangan Saham BUMI

Harga batu bara yang anjlok di tahun 2020 ini tentu berdampak signifikan terhadap kinerja saham BUMI yang bergerak di sektor pertambangan batu bara. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020 yang diakses melalui BEI, BUMI Resources mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 21,81% tahun ke tahun dari US$751 juta menjadi US$581 juta.
Penurunan pendapatan perseroan dibarengi dengan kenaikan beban bunga dan keuangan yang mencapai 30,49%. Namun, pendapatan BUMI terus meningkat sejak Q3 2022.
ROA dan ROE merupakan indikator yang menentukan apakah suatu perusahaan dapat menggunakan aset dan investasinya untuk memperoleh laba secara efektif dan efisien atau tidak.
Jika dilihat dari segi keuangan, rasio keuangan saham BUMI memang sangat jauh dari kata sehat. Rasio keuangan tahun lalu bahkan lebih baik dari tahun ini. Hal ini terlihat dari rasionya pengembalian yang turun antara lain ROA -4.02% dan ROE -32.19%.
Sementara itu, rasio profitabilitas saham BUMI juga tergolong sangat buruk karena NPM-nya sebesar -21,82%, sedangkan GPM-nya turun menjadi -17,25% menjadi 5,93%. Terakhir, OPM berada di -23,3%. Melihat semua rasio tersebut, dapat dipastikan BUMI tidak dapat menjalankan perusahaan secara efisien.
Baca juga: Apa itu ROE dan Bagaimana Mengukur Kinerja Keuangan Menggunakan Rumus ROE
Jejak Pembagian Dividen Bagi Pemegang Saham BUMI
Dividen merupakan salah satu indikator penting dalam fundamental perusahaan yang berfungsi sebagai parameter untuk mengukur seberapa mampu perusahaan menyisihkan keuntungan bagi investor.
Setelah melihat kinerja keuangan BUMI, dapat dikatakan perseroan tidak pernah membagikan dividen sedikitpun kepada para investornya dalam 12 tahun terakhir. Terakhir kali BUMI membagikan dividen adalah pada tahun 2011. Hal ini tentu membuat investor ragu untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Ketidakhadiran perseroan dalam pembagian dividen disebabkan manajemen perseroan harus membayar utang dan bunga setiap tahun. Di sisi lain, manajemen BUMI berjanji akan membagikan dividen pada 2023 setelah mendapat izin dari kreditur atau setelah perseroan membayar 80% dari total utang.
Potensi ini memberikan harapan tersendiri bagi investor lama dan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor baru yang ingin membeli saham BUMI.
Baca juga: Perlu Mengumpulkan! Ini adalah Daftar Saham yang Membayar Dividen Dua Kali Setahun
Prospek Bisnis BUMI
Kenaikan harga saham BUMI yang terjadi beberapa waktu lalu membuka peluang yang cukup realistis untuk meningkatkan kinerja keuangan perseroan.
Pada perdagangan saham pada 29 November 2022, misalnya, harga saham BUMI ditutup menguat 3,35% ke level Rp 85 per saham. Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga saham BUMI turun 3 poin atau 1,60%. Namun, harga saham BUMI meroket hingga 176,12%. sejauh tahun ini.
Di saat yang sama, manajemen BUMI Resources kembali menunjukkan peningkatan kinerjanya dengan penurunan jumlah utang yang sebelumnya menggunung, perlahan mulai menipis, bahkan bisa dikatakan hampir lunas. Vice President Investor Relations & Chief Economist BUMI, Achmad Reza Widjaja juga menjelaskan bahwa BUMI berupaya melakukan sejumlah langkah untuk menggenjot restrukturisasi dan pelunasan utang.
Pada 2017, utang BUMI mencapai US$4,3 miliar. Sedangkan pada tahun 2022, perseroan telah berhasil melunasi Tranche A/B/C CVR. Selain itu, BUMI juga memiliki MCB sebesar US$166 juta yang akan jatuh tempo pada Desember 2024.
Sementara kondisi kinerja keuangan semakin membaik, masuknya Grup Salim juga menjadi salah satu faktor yang membuat neraca BUMI semakin sehat. Pada 18 Oktober 2022, BUMI melakukannya penempatan pribadi atau hak nonpreemptive (NPR) senilai US$1,6 miliar. Keesokan harinya, BUMI juga melakukan pembayaran utang PKPU.
Langkah signifikan lainnya yang dilakukan BUMI untuk terus meningkatkan kinerja keuangannya adalah dengan melepas 27,48 miliar saham baru seri C senilai total Rp 2,20 triliun. Saham tersebut dilepas di bawah skema tersebut penempatan pribadi dan akan dialokasikan ke OWK, salah satunya China Investment Corporation (CIC).
Baca juga: Pengertian dan Cara Analisis Saham dengan Data Historis
Rekomendasi Stok
Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya, melihat prospek saham BUMI akan bangkit kembali setelah perseroan terbebas dari utang. Hal ini disebabkan beban utang yang semakin menumpuk sehingga menimbulkan sentimen negatif di kalangan investor sehingga enggan berinvestasi di saham BUMI.
Bagi Anda yang ingin berinvestasi di saham ini, Cheryl merekomendasikannya membeli dengan target harga Rp 210 dan disarankan pelaku pasar hentikan kerugian jika saham BUMI menembus harga Rp 178 per saham.
Demikian sedikit informasi yang bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memutuskan apakah Anda akan membeli saham BUMI atau tidak. Jika melihat prospek kenaikan saham BUMI, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan rekomendasi di atas.
Namun, jika Anda belum yakin melakukannya, tentunya Anda harus memikirkan matang-matang berbagai risikonya. Agar transaksi saham Anda lancar, jangan lupa gunakan aplikasi investasi terpercaya seperti BMoney yang bisa diunduh melalui Playstore atau Toko aplikasi.